Diskusi Perdana ForSHEI Semester Ganjil 2015
Kamis (3/9), sekitar pukul 16.00 WIB kader ForSHEI mulai mendatangi pohon
beringin tempat menyalurkan analisa beradu gagasan mengenai Ekonomi Islam.
Diskusi Perdana kali ini adalah pembukaan diskusi dari Devisi Kajian dan Penelitian.
Di bawah pohon besar, diskusi berjalan dengan formasi duduk melingkar.
Kehadiran kader ForSHEI dari
angkatan 2013 dan 2014 yang digabung menambah antusias rasa keingintahuan
mengenai tema yang menjadi isu terhangat, yakni “Nilai Tukar Rupiah”. Wacana
mengenai melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini
menjadikan pembelajaran baru untuk selalu mengambil hikmah dan perbaikan ke
depannya.
Hingga siang hari tadi dollar menguat sampai Rp. 14.600,-. Banyak faktor
yang menyebabkan mata uang Rupiah melemah, baik dari faktor Internal maupun
faktor Eksternal. Nilai tukar atau kurs yang merupakan harga mata uang domestik
dalam mata uang asing ini biasanya digunakan dalam perdagangan internasional.
Melemahnya nilai tukar menjadi kekhawatiran tersendiri dalam sektor
perekonomian. Semakin tinggi permintaan dollar, maka nilai dollar akan semakin
meningkat. Permintaan dollar biasanya digunakan untuk membeli produk luar negeri
serta komersial dan korporasi, terutama warga indonesia yang lebih suka
mengimpor barang daripada mengekspor barang. Terkadang masyarakat dalam negeri
tidak sadar bahwa barang tersebut merupakan produk dari bahan mentah negara
sendiri walaupun pembeliannya di Negara asing.
Selain itu, banyak investor asing yang menarik modalnya dari Indonesia dan
kembali ke negara asalnya karena bank Amerika “The Fed” menaikkan suku bunga.
Investor lebih tertarik menginvestasikan uangnya ke negara asalnya daripada Indonesia
disebabkan Indonesia mengalami perlambatan ekonomi dan suku bunga yang rendah.
Sebelumnya, Amerika pernah mengalami keterpurukan ekonomi, sehingga investor
dari Amerika menginvestasikan uangnya ke negara lain, termasuk Indonesia. Namun,
bank Amerika mencetak banyak uang, lalu memberi suntikan segar kepada perusahaan-perusahaan
swasta dengan membeli surat obligasi perusahaan. Dengan begitu, perusahaan
tersebut bisa mengembangkan sayapnya melalui penambahan karyawan untuk
menghasilkan produk dengan kuantitas yang lebih banyak.
Kali ini, melemahnya nilai mata uang rupiah berdampak pada ancaman PHK bagi
tenaga kerja dan pabrik yang memproduksi barang dengan bahan baku impor. Namun,
disini masih ada pihak yang diuntungkan, yaitu para eksportir dengan semangat
kreativitasnya yang mana meraup untung lebih banyak karena berpeluang menjual
produknya ke Negara asing, seperti pengusaha mebel di Jepara. Solusi yang
paling sederhana yaitu cintailah produk-produk lokal.
Dzurriyatun
Nafi’ah