Kata Revolusi Industri sungguh sudah tidak
asing lagi di telinga kita bukan, saat ini Indonesia dalam hal
perekonomiannya sering kali mengaitkan dengan adanya Revolusi Industri. Apa itu
sebenarnya Revolusi Industri? Revolusi Industri sendiri memiliki pengertian
dimana Revolusi yang memiliki
arti suatu perubahan secara cepat dan menyangkut dasar kehidupan
masyarakat, dan Industri sendiri adalah suatu kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan baku atau bahan setengah jadi menjadi barang yang bermutu
dalam penggunaan nya untuk khalayak umum. Sedangkan Revolusi Industri adalah
suatu perubahan yang terjadi secara cepat dalam pelaksanaan proses produksi
atau cara pembuatan atau meningkatkan nilai guna suatu barang yang semula
menggunakan tenaga manusia (tradisional) beralih dengan menggunakan peralatan
mesin (modern).
Dunia kini telah memasuki Revolusi
Industri ke-4 (Industry 4.0) dan dari perjalanan revolusi
dunia, tentunya Indonesia harus siap dalam menghadapi kemajuan yang sama
dengan negara lain yaitu dengan hadirnya Revolusi Industri ke-4 ini. Salah
satu kemajuan yang sangat terlihat dari berbagai aspek ditinjau dari seberapa
sering masyarakat gunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah internet.
Internet sangatlah penting dalam hal
mendorong adanya revolusi industri yang akan berjalan dengan baik, tanpa
bantuan internet, tentunya revolusi industri tidak dapat berjalan bukan?
Menyinggung sedikit mengenai internet di Indonesia, internet sendiri masuk
di Indonesia pada era tahun 1990-an. Saat itu, jaringan internet
di Indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network, di
mana semangat kerjasama dan gotong royong sangat hangat diantara para
penggunanya. Setelah beberapa tahun internet masuk dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, hingga saat ini diperkirakan ada kurang lebih 143 juta pengguna
internet di seluruh Indonesia, menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII). Berbeda dengan suasana internet Indonesia pada
perkembangannya kemudian yang terasa lebih komersial dan individual disebagian
aktivitasnya, terutama perdagangan internet yang tidak lain tidak bukan
sangat erat kaitannya dengan sistem industri dan jalannya perekonomian di
Indonesia.
Perkembangan ekonomi digital dilihat dari
salah satu jasa online disini adalah dari penggemar jasa Go-Jek, dengan
fitur-fitur yang ada pada aplikasi ini, banyak masyarakat yang
mengapresiasi bahkan merasa setiap kegiatannya dapat terbantu dengan adanya
jasa ini, menunjukkan kontribusi Go-Jek sebesar Rp 9,9 triliun per tahun
terhadap perekonomian Indonesia. Nilai tersebut didapatkan dari kontribusi
penghasilan mitra pengemudi Go-Jek sebesar
Rp 8,2 triliun dan melalui mitra UMKM sebesar Rp 1,7 triliun setiap tahunnya. Tidak hanya itu, satu dari sekian
macam fitur online di Indonesia yang bisa memudahkan setiap aktivitas
masyarakat di Indonesia, fitur online ini secara tidak sengaja mengurangi
tingkat pengangguran di Indonesia dan memunculkan banyak UMKM (Usaha Mikro,
Kecil, Menengah) yang secara perlahan akan membuat yang tadinya hanya UMKM akan
bisa jadi perusahaan besar bahkan membawa nama Industri Indonesia semakin besar
kearah Internasional.
Indonesia semakin serius dalam persiapan
masuk kedalam Revolusi Industri ke-4 ini,dan Presiden Joko Widodo menyampaikan
bahwa “Industri ke-4 ini bahkan di proyeksikan bisa membawa Indonesia masuk ke
dalam 10 besar negara ekonomi terbesar didunia”, disampaikan dalam acara
Peresmian Pembukaan Indonesia Industrial Summit tahun 2018 dan peluncuran
Making Indonesia 4.0.
Hal-hal tersebut menggambarkan bahwa
Indonesia telah masuk kedalam ekonomi digital secara tidak langsung, dan
membuka pintu gerbang Revolusi Industri yang mana adalah agen perubahan pada
segmen perindustrian yang semua di dasarkan dengan perubahan dengan aspek
teknologi dan informasi.
Sedangkan Indonesia saat ini berada di
urutan ke-10 perindustrian didunia dan berikut adalah perjalanan Revolusi
Industri didunia:
1. Revolusi
Industri yang pertama (Industry 1.0) ada pada tahun 1784 yaitu dengan
ditemukannya mesin uap,penggunaan mesin uap dalam perindustrian.
2. Revolusi
Industri yang ke-2 (Industry 2.0) dimulai tahun 1870 yaitu dengan
ditemukannya listrik dan penggunaan mesin produksi massal bertenaga
listrik/minyak.
3. Revolusi
Industri yang ke-3 (Industry 3.0) dimulai tahun 1969 yaitu dengan adanya
teknologi informasi dan di temukannya panel panel elektronik sehingga pekerjaan
pabrik itu bisa di lakukan sistem otomatisasi.
4. Revolusi
Industri yang ke-4 (Industry 4.0) yang saat itu diperkenalkan di mata
dunia pada tahun 2011 dan berjalan hingga sekarang,yaitu dimana mesin mesin
dapat terintegrasi dengan jaringan internet (internet of things).
Pemerintah telah membuat Making Indonesia
4.0 sebagai roadmap untuk persiapan memasuki ranah Revolusi
Industri ke-4 ini, selain potensi mendukung sektor Industri serta ekonomi
nasional secara keseluruhan, beberapa kemungkinan dan berkembangnya
teknologi dan digitalisasi sempat menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian
kalangan. Penerapan industry 4.0 dapat meningkatkan produktifitas, penyerapan
tenaga kerja dan perluasan pasar bagi seluruh aspek industri. Dengan penerapan
Industry 4.0 ini dapat meningkatkan produktivitas, penyerapan tenaga kerja
dan perluasan pasar bagi industri.
Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa
“Revolusi Industri merupakan era baru suatu industri yang berbasiskan teknologi
informasi dimana sektor manufaktur harus siap menuju perubahan besar dalam
menghadapi Revolusi Industri ke-4 atau industri 4.0. Pendekatan dan
kemampuan baru di perlukan untuk membangun sistem produksi yang inovatif dan
berkelanjutan”. Terkait hal tersebut, Kementrian Perindustrian
memfokuskan beberapa sektor industri yang di yakini dapat berkembang pesat baik
dilingkup nasional maupun internasional. Berikut adalah Sektor industri yang
siap menerapkan Industry 4.0, diantaranya:
1. Industri Makanan dan Minuman.
2. Industri Otomotif.
3. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi.
4. Industri Elektronik.
5. Industri Kimia
Menteri
Perindustrian (Kemenperin) Airlangga Hartarto menyampaikan “Dengan
Industry 4.0 kita optimis industri manufaktur semakin produktif dan
berdaya saing sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional”.
Beberapa sektor industri yang menjadi
fokus utama dalam revolusi industri 4.0 ini seperti yang telah
disampaikan di awal tadi yaitu industri makanan dan minuman, otomotif, elektronik, tekstil
serta industri kimia. Dari kelima industri tersebut, yang diunggulkan dan
dapat menembus pasar ASEAN diperkirakan adalah industri makanan dan
minuman, di mana industri ini dikembangkan dan akan berpotensi lebih
dengan pengembangan makanan dan minuman yang halal dan Indonesia mencoba
membangun standarisasi untuk food safety pada tiap makanan
yang disajikan. Bila industri makanan dan minuman ini berjalan dengan baik di
dunia digital, maka Indonesia dapat masuk dipasar ekspor ASEAN dan dapat
bekerja sama dengan negara-negara lain didunia.
Terkait perihal di atas, disampaikan
juga oleh Kementrian Perindustrian, ada beberapa kunci penguatan kebijakan
dalam Revolusi Industri ke-4 ini yang di antaranya:
· Pelaksanaan pendidikan vokasi dan
penyelenggaraan pelatihan industri.
· Pemanfaatan teknologi digital untuk
membantu UKM dalam menembus pasar Internasional.
· Adanya kolaborasi riset dan pengembangan.
Ditemui dalam acara Peresmian Pembukaan
Indonesia Industrial Summit tahun 2018 dan peluncuran Making Indonesia 4.0.
Pada April lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan dalam pidatonya yaitu beliau
yakin akan adanya kesuksesan yang dapat diraih dalam penerapan Industry 4.0
ini. “Saya yakin, industry 4.0 ini sebagai langkah awal
agar berpotensi mendorong Indonesia untuk masuk ke 10 besar negara ekonomi
terbesar di dunia, dan kelima industri itu sebagai acuan yang diharapkan
membawa efek ungkit yang besar dalam daya saing dan kontribusi Indonesia menuju
10 besar ekonomi dunia ditahun 2030 dan Saya yakin bahwa akan ada pembukaan 7
hingga 19 juta lapangan pekerjaan baru di tahun 2030. Dan Revolusi Industri 4.0
ini akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan pekerjaan yang akan timbul dari
pada lapangan pekerjaan yang akan hilang, jika kita semua sama sama bisa
memanfaatkan peluang besar ini dengan persiapan dan perencanaan yang baik”.
Saat ini Indonesia ada di 10% pekerjaan
yang tergantikan oleh robot, dan kemungkinannya nanti akan meningkat di dalam
proses manufakturing itu akan terjadi peningkatan penyerapan bahkan penurunan
ketenagakerjaan, namun disisi lain dalam segmen pendukung sistem manufakturing
itu akan terjadi peningkatan tenaga kerja, maka dari itu para tenaga kerja
perlu di kembangkan lagi baik dalam skill ataupun yang lainnya untuk menyambut
era revolusi industri itu sendiri.
Pemerintah menghimbau bahwa adanya jalan
yang seiring antara dunia pendidikan dan dunia ketenagakerjaan, di mana telah
dikatakan di atas dengan diadakannya program pendidikan vokasi industri dan
pemagangan pada dunia pendidikan dan akan timbul satu sisi baik antara SMK
dengan politeknik dimana SMK mengajarkan pendidikan lebih ke bidang skill atau
terjun langsung ke praktek dari pendidikan itu sendiri dan tentu sesuai dengan
kurikulum pengajarannya juga perangkat kerjanya dapat disesuaikan dengan
kerjasama pada industri yang ada di sekitarnya yang kiranya membutuhkan hal
itu. Dalam hal ini peningkatan skill akan menjadi kunci dalam bonus demgrafi
yang akan dialami di tahun 2030 dapat dimanfaatkan dengan maksimum untuk
meningkatkan pertumbuhan.
Persiapan yang di lakukan pemerintah untuk
menyiapkan sektor nasional dalam memasuki era revolusi industri ini
memerlukan beberapa strategi diantaranya:
·
Memperkuat rantai suplai.
·
Membangun kawasan industri.
·
Menerapkan pembangunan berkelanjutan.
·
Mengembangkan industri kecil dan menengah dengan
digital ekonomi.
·
Menyiapkan infrastruktur digital.
·
Menyiapkan ekosistem inovasi.
·
Menyiapkan intensif fiskal untuk inovasi.
·
Mengembangkan kemampuan SDM industri.
·
Menyiapkan kebijakan industri.
·
Mendorong peningkatan investasi.
Pemerintah menargetkan bahwa Making
Indonesia mendorong Industry 4.0 akan menumbuhkan PDB antara
1-2% per-tahun. Industri manufaktur sendiri diproyeksi memberikan kontribusi
26% dari total PDB pada tahun 2030. Indonesia harus optimis terhadap ketertinggalannya
dalam revolusi industri ini dari negara-negara lain. Ditahun 2017 lalu memang
kontribusi industri manufaktur itu ada di 20%. Target Industry 4.0 di
Indonesia sendiri meliputi :
· 10 besar ekonomi dunia.
· Kontribusi ekspor 10% pada PDB.
· Rasio produktifitas terhadap biaya (productifity
to cost) naik 2 kali lipat (memimpin asia pasifik).
· Revolusi teknologi industri manufaktur
(anggaran R&D naik menjadi 2% dari PDB).
“Pemerintah yakin dan akan menargetkan
kontribusi Indonesia di 2030 akan naik 1-2% per-tahun. Jadi, ditahun 2030
paling tidak sudah di atas 25%, dan semua itu bisa terjadi apabila di lakukan
hal terkait dengan aliran bahan baku hingga ekosistem, peningkatan kualitas
tenaga kerja atau SDM, kemudian diberi inovasi sampai kemudahan regulasi yang
nantinya akan mendukung proses produksi. Jika semua itu dilakukan dengan
baik, pemerintah yakin target dan perubahan akan tercapai. Dan untuk
kedepannya, pemerintah bersama presiden akan membuat suatu wadah yang di
dalamnya berbagai lembaga kementrian dapat mengusulkan pendapat terbaiknya dan
dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan dan tentunya ini adalah suatu
agenda nasional, bukan hanya agenda Kementerian Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri Kemenperin”. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri Kemenperin-Ngakan Timur Antara.
Indonesia masih memiliki waktu 12
tahun untuk merealisasikan target 10 besar PDB di dunia pada tahun 2030.
Pengembangan R&D, Indonesia pada PDB berada di tingkat 16 di
dunia, dan pengeluaran R&D untuk Indonesia sendiri berada di
tingkat 7 dengan 0,3%. Dalam penerapan Industry 4.0 ini
pemerintah Kemenperin akan bekerjasama dengan Kemkominfo untuk mempersipkan
jaringan internet 5G terutama di daerah-daerah perindustrian terlebih
dahulu, dengan tujuan agar segala aspek yang dibutuhkan dalam komunikasi
perindustrian berjalan dengan baik.
Dalam sistem Industry 4.0 terdapat
beberapa cara yang diterapkan oleh Kementerian Perindustrian agar dapat
meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi antara 12%-15% dan berikut
cara yang di sampaikan oleh Menteri Perindustrian-Airlangga Hartarto
diantaranya:
1. Mendukung E-SMART. Kementerian Perindustrian mendorong
adanya E-Smart dan melakukan pelatihan agar dapat mendisplay
agar akses industri dilakukan dengan online dan terbuka.
2. Memberikan Fasilitas KUR. Bekerja sama dengan Kementerian
Perekonomian Indonesia, Kementerian Industri akan memberikan fasilitas KUR
kepada usaha-usaha mikro, menengah , dan koperasi agar mereka
memiliki prospek bisnis yang baik yang dapat diberikan perusahaan
perorangan/kelompok usaha bersama. Dengan demikian, fasilitas modal kerja
dan investasi dapat didorong.
3. Melakukan Inkobasi Pengetahuan. Pertukaran pengetahuan (dalam
konteks pemikiran) dengan negara lain yang memberikan program yang akan
didesain untuk membina dan mempercepat pengembangan inovasi di Indonesia.
4. Transformasi Link and Match
Dapat di tarik kesimpulan bahwa adanya
Revolusi Industri akan membawa kita pada perubahan yang baik jika kita terus
berjaga-jaga akan perkembangan dan pengaruh yang masuk kedalam bangsa kita ini.
Dan target Indonesia dalam waktu dekat yaitu mempersiapkan sektor manufaktur
nasional untuk siap menuju perubahan besar dalam menghadapi Revolusi Industri
4.0, kemampuan baru diperlukan untuk membangun sistem produksi yang
inovatif dan berkelanjutan. Karena perkembangan teknologi dan digitalisasi
sempat menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa kalangan dimana akan
tergantikannya lapangan pekerjaan oleh tenaga mesin, robot, maupun kecerdasan
buatan. Meski demikian, Presiden dan Menteri Perindustrian Optimis bahwa akan
ada banyak peluang kerja baru yang muncul seiring dengan perkembangan inovasi.
Dalam dunia perindustrian akan ada teknis yang dilakukan dimana sekolah vokasi
ataupun SMK dengan transformasi program link and match itu
perlu dipersiapkan untuk pelatihan skill dan menghasilkan inovasi yang tinggi.
Selain beberapa hal diatas, ada hal
lain yang harus di fokuskan dala mengejar revolusi ini, Indonesia harus
mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain yaitu pada Infrastruktur
Digital, karena dalam pengembangan ini membutuhkan anggaran yang tidak
sedikit dan anggaran ini cukup besar juga cukup memakan waktu dan hal ini
memerlukan dukungan dari tenaga kerja yang terampil terkait dengan masalah
Infrastruktur Digital ini.
Sumber: www.innovateexpo.com
Penulis
(Kader forshei 2018)