Penyelenggaraan Pemilu 2024 diprediksi tidak mengganggu perekonomian, justru malah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pasca-pemilu berakhir, elite politik dalam negeri biasanya memilih berkonsolidasi sehingga menciptakan stabilitas yang diperlukan untuk perekonomian.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, mengatakan, penyelenggaraan pemilu diprediksi tidak akan sampai mengganggu perekonomian. Sebab, berbeda dengan negara lain yang pasca-pemilu biasanya ada instabilitas politik, di Indonesia para elit politiknya cenderung berkonsolidasi dan bersinergi.
“Kami lihat pemilu dari 20 tahun terakhir di Indonesia, setelah pemilu, kondisi politik cukup stabil. Ini berkontribusi positif buat ekonomi,” ujar David dalam acara “Acara Ekonomi dan Kebijakan Fiskal 2024” yang diselenggarakan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Rabu (31/5/2023), di Jakarta.
Alih-alih bisa mengganggu perekonomian, akan tetapi penyelenggaraan pemilu justru akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam perhitungannya, penyelenggaraan pemilu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi 0,15-0,2 persen.
Dorongan itu bersumber dari belanja kampanye dan penyelenggaraan pemilu yang bisa mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat. Pertumbuhan itu antara lain berasal dari berbagai sektor, misalnya ritel, garmen (tekstil & produk tekstil), media, logistik, serta transportasi.
Kepala BKF Febrio Nathan Kacaribu memperkirakan, penyelenggaraan pemilu tidak akan sampai mengganggu perekonomian dan malah justru mendorong pertumbuhan ekonomi. Dorongan pertumbuhan itu utamanya akan berasal dari konsumsi masyarakat yang meningkat karena gelontoran dana pemilu yang menggerakan perekonomian, “Inilah yang disebut pesta demokrasi, penyelenggaraan pemilu bisa dorong pertumbuhan ekonomi,” kata Febrio.
Selain konsumsi, dorongan pertumbuhan juga berasal dari aspek investasi. Dijelaskan, memang ada anggapan sebagian orang bahwa penyelenggaraan pemilu menimbulkan ketidakpastian sehingga banyak investor lebih memilih menunggu terlebih dahulu.
Namun, menurutnya, tahun ini berbeda. Perekonomian Indonesia saat ini dalam kondisi sangat kondusif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi triwulan I-2023 yang mencapai 5,03 persen. Prediksi Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 mencapai 5,0 persen, lebih tinggi dibandingkan negara lainnya, seperti Amerika Serikat yang 1,6 persen dan Brazil yang 0,9 persen.
Inflasi juga dalam tren melandai yang pada April 2023 pada level 4,33 persen, menurun dari Maret 2023 yang 4,97 persen. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang negara lainnya, seperti Argentina 108,8 persen, Turki 43,7 persen, Eropa 7,0 persen, dan Amerika Serikat 4,9 persen.
Tingkat suku bunga acuan Indonesia yang saat ini pada posisi 5,75 persen juga lebih rendah ketimbang negara lainnya. Brazil, misalnya, tingkat suku bunga acuannya pada posisi 13,75 persen dan India pada posisi 6,50 persen.
Dengan berbagai indikator tersebut, Indonesia justru sangat memikat investor untuk berinvestasi. Di tengah perekonomian global yang melambat dan inflasi tinggi, indikator perekonomian Indonesia yang positif menarik perhatian investor. “Investor akan melihat perekonomian Indonesia dikelola dengan tepat sehingga memberikan rasa percaya diri untuk berinvestasi di sini,” ucap Kepala BKF.
Rencana kebijakan fiskal dan perkiraan ekonomi makro 2024 sudah memasukan unsur pemilu dalam perhitungannya. Pada 2024, pihaknya memperkirakan pendapatan negara pada 2024 kisaran Rp 2.719,1 triliun – Rp 2.865,3 triliun. Adapun belanja negara pada 2024 diperkirakan Rp 3.215,7 triliun – Rp 3.476,2 triliun.
Mengenai ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan 5,3-5,7 persen. Adapun inflasi pada 2024 diperkirakan 1,5-3,5 persen. Nilai tukar rupiah tahun depan diperkirakan ada di kisaran Rp 14.700 per dollar AS hingga Rp 15.300 per dollar AS.
“Dalam penyusunan perkiraan ekonomi makro dan kerangka kebijakan fiskal 2024 tentu kami sudah perhitungkan faktor pemilu,” ujar Kepala BKF.
Referensi:
Sumber Gambar:
Penulis : Lailatun Nafis (kader forshei 2021)