AKAD KERJA SAMA MUZARA'AH, MUKHABARAH, dan MUSAQAH

 


MUZARA’AH DAN MUKHOBAROH

• Etimologis : muzára'ah adalah tanaman (zur'u)

   : mukhabarah adalah tanah yang gembur (khibår).

• Terminologi : muzara'ah adalah, kontrak kerja sama antara pemilik tanah (målik) dengan pekerja ('âmil) untuk bercocok tanam, dengan benih berasal dari pihak pemilik tanah, dan dengan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan.

• Terminologi : mukhabarah kontrak kerja sama sebagaimana muzâra'ah, hanya saja benih berasal dari pihak pekerja.

HUKUM MUZARA'AH DAN MUKHABARAH

Secara hukum, akad muzâra'ah dan mukhābarah, diperselisihkan ulama. Setidaknya, ada tiga pendapat tentang legalitas hukum akad muzâra'ah dan mukhabarah.

1. Batal, baik muzâra'ah maupun mukhabarah

Pendapat ini diikuti dari kalangan sahabat, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Rafi' Ibn Khudaij, dari kalangan tabi'in, Sa'id bin Jubair dan Ikrimah, dan dari kalangan fuqaha, Asy-Syafi'i, Malik dan Abu Hanifah.

2. Sah, baik muzâra'ah maupun mukhabarah

Pendapat ini diikuti dari kalangan sahabat, Ali bin Abi Thalib, Amar bin Yasir, Abdullah bin Mas'ud, Sa'd Ibn Abi Waqqash, dan Mu'ad bin Jabal, dari kalangan tabi'in, Sa'id bin Musayyab, Muhammad Ibn Sirrin, dan Abdurrahman bin Abi Laila, dan dari kalangan fuqaha, Sufyan Ats-Tsauri, Abu Yusuf, Muhammad, Ibn Mundzir, Annawawi, dan Assubki.

3. Batal jika mukhābarah, dan sah jika muzara'ah

Pendapat ini diikuti oleh Ahmad bin Hanbal dan Ishaq bin Rahawaih.

MUZARA'AH PAKET MUSAQΛΗ

 Batalnya akad muzâra'ah di atas, apabila dilakukan secara terpisah atau independen (istiqlal). Apabila akad muzára'ah dilakukan dalam satu paket dengan akad musaqäh, dalam arti akad muzâra'ah diikutsertakan dalam kerja sama akad musaqah (taba'an), maka hukumnya sah. Dan untuk merealisasikan arti taba'an tersebut, maka keabsahan muzâra'ah disyaratkan:

• Pekerja ('âmil) harus tunggal. Artinya, pihak yang menjadi 'amil dalam akad muzara'ah adalah pihak yang sama menjadi 'amil dalam akad musaqâh.

• Pekerjaan akad musaqah sulit dipisahkan dengan pekerjaan muzara'ah. Seperti akad musâqah pada pohon kurma dan akad muzåra'ah pada lahan kosong di antara celah-celah pohon kurma. Apabila pekerjaan kedua akad tersebut mudah dilakukan secara terpisah, maka akad muzåra'ah tidak sah. Sebab secara 'urf, akad muzara'ah tidak disebut taba'an.

• Akad muzăra'ah diadakan tidak lebih dulu dari akad musaqah, melainkan bersamaan atau musåqah lebih dulu. Sebab, sebagai akad yang keberadaannya diikutsertakan (taba'an), muzāra'ah tidak boleh mendahalui akad musåqâh yang diikuti.

MUSAQOH (KONTRAK PENGAIRAN)

• Etimologis : Musaqah berarti pengairan (saqyu) yang merupakan pekerjaan paling vital dalam akad ini.

• Terminologi : Musaqah berarti berarti kontrak kerjasama antara pemilik pohon kurma atau anggur (malik) dengan pekerja (‘amil) untuk memberikan layanan irigasi atau pengairan dan merawatnya dengan perjanjian hasil panen dibagi dua.

Struktur Akad Musaqah :

1. ‘Aqidain (dua pihak yang berakad)

• Malik : pemilik lahan dan tanaman

• ‘Amil : pekerja yang bertugas mengairi dan merawat tanaman

2. Maurid Al-‘Amal (objek kerja dalam akad musaqah)

Menutut qoul jadid, objek musaqah hanya pohon kurma (nakhl) dan tanaman anggur (karm)

3. ‘Amal (pekerjaan dalam akad musaqah)

• Tugas ‘amil : berhubungan dengan perkembangan dan kualitas buah

• Tugas malik : berhubungan dengan pohon

4. Tsamrah (buah dari pohon)

• Buah hanya dimiliki ‘aqidain

• Buah dimiliki secara syirkah antara malik dan ‘amil

• Buah bagian malik dan ‘amil ditentukan secara prosentse (juz’iyyah)

5. Shighah (bahasa transaksi)

• Ijab

• Qobul

Konsekuensi hukum akad musaqah

1. Status akad : lazim dari kedua belah pihak (malik dan ‘amil)

Kontrak tidak bisa dibatalkan tanpa kesepakatan pihak lain.

2. Otoritas ‘amil

Otoritas ‘amil bersifat amanah (atas dasar kepercayaan, tidak harus bertanggung jawab atas kerusakan (talaf), kecuali ada motif ceroboh (taqshir)

3. Masa kontrak

Menurut qoul adhhar ahad musaqah sah diadakan ketika pohon atau tanaman telah berbuah atau belum.

4. Bagi hasil

‘amil dalam akad musaqah telah bisa memiliki bagiannya sejak pohon atau tanaman berbuah.